Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe dan Tahu di Lampung Utara Mogok Produksi

Tempe dan Tahu akan hilang di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Lampung Utara sejak 1-3 Januari 2021.
Tempe dan Tahu akan hilang di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Lampung Utara sejak 1-3 Januari 2021.

LAMPUNG UTARA-Awal tahun 2021 masyarakat di Lampung Utara (Lampura), akan kesulitan mencari tahu dan tempe di pasar tradisional kabupaten setempat.

Pasalnya, pengusaha tempe dan tahu
akan melakukan mogok produksi. Mogok produksi ini dilakukan, akibat harga kedelai sebagai bahan utama produksi tempe-tahu terus mengalami kenaikan dan dianggap sudah melampaui batas kewajaran yakni, Rp 89 ribu/kg dari harga normal kisaran Rp80 ribu/kg.

“Mulai besok (1 Januari, red), seluruh pengusaha dan pedagang tempe-tahu di Lampura akan mogok produksi dan berjualan di pasar. Ini dilakukan sebagai bentuk protes adanya kenaikan kacang kedelai tersebut,” kata Hadi salah satu pengusaha Tempe-Tahu di Kabupaten Lampura, Kamis (31/12/2020).

Dikatakannya, penghentian produksi Tempe-Tahu akan dilakukan selama tiga hari yakni, 1-3 Januari 2021 mendatang.

“Semua sepakat tiga hari kita tidak berjualan. Dan otomatis tempe dan tahu akan hilang di pasaran,” terangnya.

Dijelaskan Hadi, naiknya harga kacang kedelai yang menjadi bahan utama produksi tempe-tahu di pasaran hingga selisih Rp9 ribu/kg. Dan, kenaikan harga kedelai tersebut, memicu para pengusaha tempe dan tahu untuk memutar otak agar warga merasa tidak terlalu mahal membelinya.

“Kalau kita jual dengan harga normal, kami akan rugi karena untung sangat tipis dibandingkan dengan harga produksi. Para penjual eceran di pasar juga lebih rugi,” jelasnya.

Namun, lanjut Hadi, ada dua cara yang akan dilakukan para pengusaha untuk mensiasatinya, agar warga tidak kaget dengan kelangkaan tempe-tahu di pasaran yakni, menaikkan harga dari Rp2 ribu menjadi Rp2500, atau dari Rp2500 menjadi Rp 3 ribu/potong.
Atau merubah bentuk standar tempe dan tahu menjadi lebih kecil dan harga tetap seperti semula.

“Ada dua cara, menaikkan harga eceran atau merubah bentuk ukurannya. Ini yang lagi di sepakati antar pengusaha dan pedagang,” ungkapnya.

Menyikapi melambungnya harga kedelai sebagai bahan pokok pembuat Tempe dan Tahu tersebut, para pengusaha dan pedagang berharap agar harga kedelai dapat kembali normal diangka Rp80-83 ribu/kg.

Jika harga terus naik, maka bukan saja pengusaha dan pedagang saja yang dirugikan, tapi warga masyarakat juga ikut terkena imbasnya.

“Kami harap pemerintah dapat membantu agar terjadi normalisasi harga, hingga masyarakat bisa nyaman berusaha dan Tempe dan Tahu tetap terjangkau di masyarakat umum,” harap Hadi mewakili rekan-rekan lainnya. (ica/dra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *