Askari: Pak Bupati Hamartoni Ahadis Bantu Saya

LAMPUNG UTARA – Kisah Haru Perjuangan Askari Pedagang Ikan Keliling Demi Kesembuhan Buah Hati asal Kelurahan Kotabumi Ilir, Lampung Utara, Kamis(19/06/2025)

Saat ini pasangan suami istri tersebut tinggal di kontrakan sederhana di belakang sentral Kelurahan Kota Alam. Ia menjadi potret nyata perjuangan keluarga kurang mampu saat menghadapi cobaan berat anak kedua mereka, Anggia, bayi perempuan berusia 3 bulan, harus berjuang melawan sakit pneumonia dan kebocoran jantung.

Perjuangan keluarga Askari dimulai ketika Anggia pertama kali dirawat di RS Handayani Kotabumi pada 30 April 2025. Kondisi Anggia yang memburuk membuatnya harus dirujuk ke RS Abdul Moeloek, Bandar Lampung. Selama sembilan hari di rumah sakit, Askari, istrinya Een Safitri, dan anak pertama mereka yang masih berusia tiga tahun, bertahan dengan bekal seadanya—hanya membawa uang Rp50.000 untuk kebutuhan harian.

Walau biaya pengobatan ditanggung BPJS Kesehatan, Askari tetap harus memikirkan kebutuhan sehari-hari. Profesi sebagai pedagang ikan keliling terpaksa ditinggalkan sementara demi mendampingi anak di rumah sakit, sehingga pemasukan keluarga pun terhenti. Beruntung, keluarga masih bisa membantu selama masa perawatan hingga Anggia dinyatakan membaik dan diperbolehkan pulang.

Namun, kebahagiaan itu hanya sementara. Satu bulan setelah pulang, kondisi Anggia kembali menurun dan harus dirawat lagi. Setelah tiga hari perawatan dan sempat membaik, penyakitnya kambuh, memaksa keluarga kecil ini terus bolak-balik rumah sakit hingga hari ini.

Dengan mata berkaca-kaca, Askari menceritakan perjuangannya membagi waktu antara mencari nafkah dan mendampingi anak di rumah sakit.

“Saya kalau subuh ke pasar sentral untuk ambil ikan, saya bawa keliling. Kadang sehari dapat untung Rp80 ribu, kadang di bawah itu, Rp50 ribu. Uang itu harus saya cukupkan untuk membeli susu, dan menyisihkan untuk membayar kontrakan, dan kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

Askari juga mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan susu untuk kedua anaknya. “Istri saya ASI-nya tidak keluar. Kadang berat kalau harus beli susu anak yang harganya lumayan mahal, soalnya dokter bilang harus diberikan asupan gizi supaya berat badannya naik. Saya tidak punya uang, jadi saya belikan susu yang murah saja,” katanya dengan nada sedih.

Askari berharap ada perhatian dari pemerintah daerah maupun para dermawan untuk membantu kesembuhan anaknya.

“Bapak Bupati Harmatoni dan Pak Romli, bantu saya, Pak. Dan para dermawan agar bisa membantu saya,” pinta Askari penuh harap.(*/Rendra)