Pemkab Tubaba 3 Hari Gelar Event TBIF, Ternyata Ini Tujuannya

Kerajinan Bubu-bubu Bambu, meriahkan event Tubaba International Bamboo Festival (TBIF). (foto: ist)
Kerajinan Bubu-bubu Bambu, meriahkan event Tubaba International Bamboo Festival (TBIF). (foto: ist)

TULANGBAWANG BARAT-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulangbawang Barat, akan menggelar sebuah event berskala internasional yaitu, Tubaba International Bamboo Festival (TBIF).

Perhelatan akbar tersebut akan dilaksanakan di Kota Budaya, Uluan Nughik, Kelurahan Panaraganjaya, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) pada 06-08 November 2020 mendatang.

Ketua Panitia TIBF, Salim Try, menjelaskan bahwa, TIBF merupakan gelaran yang menjadikan bambu sebagai pokok bahasan (subject matter). Didalamnya, di distribusikan pengetahuan bambu dengan spektrum yang luas yaitu, arsitektur, seni kriya, seni pertunjukan, kuliner, dan pengetahuan tradisional.

“TBIF ini memiliki sejumlah agenda, yaitu, penerbitan buku, pameran, workshop, seni pertunjukan, penanaman pohon bambu, dan permainan rakyat. Dalam hal ini, Pemkab Tubaba bekerja melalui Sekolah Seni Tubaba bekerja sama dengan Kemendikbud. Festival ini dikuratori oleh Gede Kresna,” kata Salim melalui rilis resmi Kominfo, Kamis (29/10/2020).

Salim juga menuturkan, buku yang akan diterbitkan berjudul “Menjaga Bambu Nusantara dari Tubaba” yang ditulis oleh 10 pegiat bambu dari berbagai latar belakang seperti; akademisi, arsitek, pelaku industri bambu, pegiat kriya, dan seniman pertunjukan.

“Sepuluh penulis buku adalah: Prof. Elizabeth Wijaya (akademisi), Muqodas Syuhada (arsitek), Undagi Jatnika Nagamiharja (praktisi), Eko Prawoto (arsitek), Singgih Susilo Kartono (praktisi), Gede Kresna (arsitek), Lawe Samagaha (seni pertunjukan), Studio Dapur (kriya) dan Putra Dharmalko Tumangke Maxy ( arsitek),” jelasnya.

Salim mengatakan, penerbitan buku tersebut diharapkan bisa berkontribusi bagi literasi bambu di Indonesia. Launching buku akan ditayangkan secara daring.

Dijelaskanya, produk-produk karya bambu tradisional, yang hidup dalam kebudayaan sungai di kampung-kampung tua di Kabupaten Tubaba menjadi bagian penting dalam festival ini. Bubu-bubu bambu yang merupakan teknologi tradisional tersebut, telah menjadi ekosistem bambu yang membantu modus ekonomi warga, dengan teknologi tradisional tersebut pula pencarian ikan di sungai tidak semata kegiatan ekstraktif biasa.

“Kali ini, Bubu diperlakukan sebagai karya instalasi utama festival. Pengetahuan warga kampung tua akan didistribusikan secara luas pada bagian acara workshop “Membuat Bubu”. Workshop kriya tradisional tersebut, dilengkapi dengan workshop “Membuat Keranjang Botol” oleh Rumah Intaran. Sementara Pengalaman Rasa akan menggelar workshop Kuliner Bambu,” terangnya.

Sambungnya, Arsitek Effan Adhiwira akan berbagi workshop membuat instalasi bambu dan arsitek Eko Prawoto akan merespon bubu-bubu berukuran besar sebagai karya instalasinya.

Kemudian, Workshop lain yang juga sangat penting adalah workshop membuat instrumen musik Q-thik oleh Lawe Samagaha. Instrumen musik Q-thik merupakan instrumen musik “tradisonal baru” yang telah menjadi bagian penting dalam program kebudayaan Tubaba. Sedangkan Indonesia Bamboo Comunity (IBC), sebuah lembaga yang dikenal inisiator membuat instumen-instrumen musik modern berbahan bambu akan menggelar workshop pembuatan gitar bambu.

Selain partisipan domestik, lanjut pria berambut gondrong ini, sejumlah partisipan luar negeri akan terlibat dalam pameran dengan tajuk “Parametric in Bamboo” merupakan karya-karya sketsa instalasi bambu hasil respon dari bubu-bubu Tubaba.

Mereka diantaranya adalah, Carlos Banon (Singapura), Christian Salandanan (Philippina), Lucas Loo (Malaysia), Osamu Sekigushi (Jepang), Prof Touki Shiga (Jepang), Irina Biletska (Brazil) dan Indra Santosa (Swiss). Selain pameran, partisipan luar negeri akan berbagi konsep kekaryaan bambu mereka melalui perkuliahan (lecture) yang telah direkam secara khusus. Rekaman video ditayangkan sepanjang festival.

“Pameran kriya bambu melibatkan sejumlah lembaga yakni, Rumah Intaran, Studio Dapur, Indonesia Bamboo Comunity, Sepedagi dan Akademi Bambu Nusantara. Juga memamerkan sejumlah kerajinan tradisonal dari seluruh Sumatra dan bubu dari kampung-kampung tua di Tubaba,” imbuhnya.

Selanjutnya, pada malam penutupan kelompok musik Senyawa, sebuah kelompok musik eksperimental dari Yogyakarta, yang dikenal dengan penggunaan instrumen bambu akan menjadi penutup seluruh rangkaian acara.

Kemudian, lanjut ia, kelompok lain adalah Pringlaras (Pringsewu), Orkes Ba’da Isya (Bandarlampung), Ijotafara (Tubaba), Voice of Culture (Tubaba), Sanggar Pakem Anak Rawa (Tubaba), Sanggar Buntara Budaya (Tubaba), Q-Plus (Tubaba), Gadis Senja (Tubaba) dan Pertunjukan Sirkus Api oleh Vian dan Anastasya (Tubaba-Makassar),” paparnya.

Dikatakan Salim, kegiatan ini tentunya mengutamakan protokol kesehatan, karena pada pembukaan dan penutupan kegiatan panitia hanya mengundang tamu sejumlah 50% dari kapasitas ampi teater Ulluan Nughik. Panitia menyiapkan seribu masker, hand sanithiser dan alat pendeteksi suhu yang memadai.

“Mata acara terpilih, disiarkan secara daring melalui kanal-kanal yakni, Youtube sekolahsenitubaba atau tubababamboointernationalfestival, dan Instagram sekolahsenitubaba dan tubaba_ibf2020. Sedangkan, Link webinar melalui zoom meeting akan diberitahukan lebih lanjut,” pungkasnya. (Jim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *