Kisah Pilu Bayi Pahing, Meninggal Dunia Usai Persalinan

TULANGBAWANG BARAT – Nasib malang menimpa keluarga pasangan suami istri berinisial Tr (45) dan Dh (37), warga Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba).

Pasalnya, buah hati yang ditunggu pasangan suami istri tersebut yang dilahirkan pada Minggu (12/03/2023) sekitar pukul 05.00 Wib pagi, akhirnya meninggal dunia setelah persalinan dilakukan di sebuah Klinik Ibu dan anak Ummi Atthaya Kabupaten Tubaba dan dirujuk  ke Rumah Sakit di Kabupaten Lampung Tengah.

Bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut akhirnya diberi nama ‘Pahing’ (sebutan tanggalan pada kalender Jawa) oleh orang tuanya, lantaran telah meninggal dunia pada Selasa (14/03/2023), dan ternyata menyisakan kisah pilu yang dialami keluarga kecil, kurang mampu tersebut.

Dalam kondisi hamil tua, sembilan bulan lebih dan bayi yang berbobot 3,5 kg dalam posisi sungsang, diduga dipaksa medis melahirkan secara normal, tampa operasi caesar, sehingga bayi keluar dari rahim dalam kondisi tali pusar terputus, bagian dada membiru dan terdapat luka bengkak seperti sayatan benda tajam pada kelamin bayi tersebut, yang kemudian dirujuk ke rumah sakit lain.

Diceritakan keluarga yang tinggal di rumah berukuran 5 x 7 meter berdindingkan papan berlapiskan banner bekas, memberanikan diri untuk menceritakan peristiwa pilu yang dialami pada proses kelahiran anaknya, kepada media, pada Sabtu (18/03/2023) sekitar pukul 10.30 Wib.

“Karena istri saya sudah terasa mau melahirkan, saya bawa ke Klinik Ummi Athayya (UA) di Tiyuh Candra Mukti, malam minggu sekitar pukul 12 malam. Sampai disana kemudian diperiksa. Karena memang sudah waktunya, Istri saya melahirkan sekitar jam 5 pagi,” kata Tr,  saat diwawancarai media di rumahnya.

Saat Tr, hendak menemani proses persalinan istrinya, tim medis tidak memperbolehkan berada diruangan dengan alasan jika tidak kuat melihat proses persalinan sang istri, suami pasien yang hamil bayi kondisi sungsang, diminta untuk keluar dari ruangan persalinan.

“Aku mau nungguin, tapi nggak boleh, kata perawatnya keluar saja. Aku keluar sambil ngurus masalah BPJS saya. Setelah lahiran, saya nanya gimana dok kondisi anak saya, katanya sehat normal. Terus kata dokter yang nangani itu, katanya minta dirujuk gitu. Saya nanya, nah kenapa dok, kok bisa dirujuk, mereka bilang jantungnya lemah sama pernapasan tidak stabil gitu saja. Cuma posisi bayi itu waktu di klinik aku enggak melihat” kata Tr.

Lanjutnya, setelah bayinya lahir di Klinik tersebut, hanya bisa melihat saat hendak dirujuk, dan tampak wajah bayinya saja, lantaran telah dipakaikan kain bedong dan terpasang selang oksigen.

“Dari pihak klinik Ummi Athayya, cuma bilang ke saya, bahwa anak saya mesti dirujuk, tapi tidak menanyakan saya setuju atau tidak. Kemudian saya nanya, mau dirujuk kemana. Setelah itu langsung dibawa ke rumah sakit rujukan,” kata Tr

Sekitar jam 11 dihari yang sama (Minggu 12/03/2023) kata Tr, bayi tersebut tiba dirumah sakit di Kabupaten Lampung Tengah, ditemani tenaga medis klinik tempat bersalin dan dirinya (Tr), sementara pasien yang melahirkan masih berada di ruang rawat klinik tersebut.

Dijelaskan Tr, bayi tersebut ditangani langsung oleh pihak RS di Bandar Jaya Lampung Tengah dan menjelaskan bahwa bayinya dalam kondisi fisik dada membiru, daerah pusar membengkak, dan pada kelamin terdapat luka sayatan seperti terkena benda tajam.

“Begitu sampai di Puri Adhya Paramita, Bandar Jaya, saya dipanggil sama dokter di sana, dan dijelaskan bahwa kondisi bayi saya, tubuh bagian dadanya membiru, pusarnya merah dan terdapat pada bagian kelaminnya luka seperti terkena silet. Terus saya nanya sama dokter di sana, ini bagaimana dok, pengaruh apa tidak sama anak saya. Dokter itu langsung menjawab, nanti dilihat, dikontrol dulu,” kata Tr, sambil menirukan keterangan dokter di RS Puri Adhya Paramita.

Lanjutnya, pada senin (13/03/2023), bayi tersebut mengalami kejang-kejang, setelah diberi perawatan dan bayi kembali stabil, meski akhirnya meninggal dunia.

“Senin itu, istriku menyusul ke RS Puri Adhya Paramita, dia sempat melihat anaknya masih hidup tapi dalam kondisi kritis, dan pada akhirnya anak saya meninggal dunia pada Selasa (14/03/2023) sekitar pukul lima pagi” kata Tr.

Pria yang telah dikaruniai empat orang anak itu juga menceritakan sewaktu istrinya USG di Klinik di Tubaba, bahwa dokter klinik di Tubaba mengatakan bahwa bayinya dalam kondisi sungsang dan harus dilakukan tindakan caesar atau operasi.

“Kata dokter kalau ingin selamat, di Caesar atau di operasi. Waktu istri saya akan melahirkan, langsung ditangani, dan tidak ada kata mau di Caesar” ungkap Tr bersama istrinya.

Ungkapan pilu saat Tr dan Dh, menceritakan setelah bayinya meninggal dunia, keluarga tersebut menaruh harapan kepedulian dari pihak Klinik tempat bersalin yang berada di Tubaba, setelah dikabarkan dari RS Lampung Tengah bahwa bayi yang dirujuk dari Klinik telah meninggal, tampaknya tidak sedikitpun tersentuh rasa duka dan peduli.

“Pas anak saya meninggal di RS Puri Adhya Paramita. Saya suruh kasih kabar ke Klinik Ummi Athayya. Bahwa anak rujukan dari Ummi Athayya  telah meninggal dunia. Tapi tidak ada respon, maksud aku datanglah, nengok walau sebentar. Cuma mereka tidak kesini, padahal sudah di kasih tahu” kata Tr.

Terpisah, dikatakan DH proses persalinan pasien hamil tua diduga ditangani oleh oknum dokter dan bidan pada Klinik Bersalin Ibu dan Anak Ummi Athayya (UA) Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Lampung, dan diduga dipandu oleh dr.TA selaku direktur, melalui sambungan telepon seluler.

Diceritakan Dh, bahwa persalinannya di Klinik UA, terkesan dipaksakan meski telah diketahui oleh pihak Klinik tersebut, kondisi bayi dalam keadaan sungsang.

“Waktu di Klinik Ummi Athayya ditangani oleh Ibunya dokter Tanti itu, panggilannya Oma, aku tidak ingat namanya. Karena dalam kondisi setengah sadar. Oma itu dipandu sama dokter Tanti melalui telepon. Karena dokter Tanti tidak ada di klinik. Sampai pada saat saya pulang pun dokter Tanti tidak ada.” kata Dh, menceritakan peristiwa yang dialaminya.

“Aturan kan kalau dia memang tidak bisa normal harusnya dioperasi begitu, maksud aku tidak usah dipaksakan, langsung dirujuk saja ke rumah sakit yang bisa operasi Caesar, jadikan bayi dan ibunya bisa selamat. Saat itu saya juga sempat diberi oksigen” kata D.

Perempuan berusia 37 tahun itu, menceritakan semua peristiwa yang dialaminya, dan menirukan percakapan proses persalinan yang dipandu melalui telepon seluler.

“Kata oma itu lewat telpon, ‘udah bisa lahiran, coba di uat lagi’, terus sampai empat uat itu, bayi udah lahir. Nah tinggal kepalanya lagi. Kepalanya itu diucek-ucek terus ditarik. Saking kuatnya narik, sampai pusarnya putus di dalam” kata Dh, menceritakan proses persalinannya.

“Hahh (ekspresi tengang) ya Allah, ini putus didalam, sampai ngomong kayak gitu, Saya terasa drop dengan kondisi bayi begitu. Bayinya langsung di bawa dokter, dan tidak memperlihatkan kondisi bayi dengan jelas. Malah hanya perawat yang menghampiri saya, dan setelah itu semu perawat yang dalam ruangan terdengar ngobrol dan kaget karena tali pusarnya sampai putus. Tidak lama aku dihampiri perawat bilang kalau bayinya akan dirujuk. Saya pasrah sebagai orang tua dengan keadaan saat itu dan istighfar” kata Dh

Tidak lama, lanjut Dh, dirinya ditemui pihak Klinik UA dan kemudian menyampaikan, kalau sudah sehat bisa segera pulang.

“Pas sore harinya aku disuruh pulang sama mamanya dr.Tanti, aku lupa namanya, tapi dipanggil oma gitu, saya bilang yasudah saya nanti pulang, setelah selesai urusan pembayaran aku pulang. Pas pulang aku dalam kondisi masih lemas.” kata Dh.

Ibu bayi malang itu sempat lihat kondisinya, saat digendong oleh tenaga medis klinik UA.

“Maksud aku itu coba dirawat dulu di klinik sebelum dirujuk. Kalau memang tidak ada perubahan sampai besok barulah dirujuk. Nah itu tiba-tiba langsung dirujuk oleh mereka. Aku pun bertanya-tanya ada apa kendalanya. Aku juga menyayangkan mereka malah bertanya-tanya kenapa tali pusar sampai putus. Aturannya mereka menyadari kesalahan mereka” kata Dh.

Lanjutnya, menceritakan kondisi kandungannya yang sering kontrol di Puskesmas Candra Mukti.

“Sebetulnya anak saya aktif didalam perut. Alhamdulillah tidak apa-apa. Saya kaget, pas lahiran kok anak saya begini kondisinya. waktu itu sudah pernah di kasih tahu, disuruh operasi Caesar. Tapi nanti nunggu ditanggal 18. Coba nanti dilihat posisi bayinya bisa berputar atau tidak. Letaknya bagus atau tidak. Nah karena ditanggal 18 itu kondisinya ada acara. Kita tidak kontrol lagi. Nunggu pas sudah dekat lahiran aja, biar tidak bolak-balik” ungkap Dh.

Dh juga mengatakan pasca persalinannya belum pernah berobat kontrol “Nanti hari Selasa mendatang saya disuruh kontrol lagi,” pungkasnya. (Jim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *